Kamis, 03 Desember 2009

Download Prediksi Soal BIOLOGI UAN SMA 2009

Download Prediksi Soal BIOLOGI UAN SMA 2009: "Kumpulan Soal Ujian Nasional (UN) dan Prediksi UN 2008 at Info ...
Kunci Jawaban Prediksi soal UN 2008 Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris ..... mohon di kirimkan soal-soal prediksi ujian nasional bahasa inggris, ...
beasiswas.blog.friendster.com/2008/02/kumpulan-soal-ujian-nasional-un-dan-prediksi-un-2008/ - 116k - Tembolok - Halaman sejenis

Bank Soal, Prediksi UN SD, SMP, SMA 2009, UJIAN NASIONAL, SPMB ...
Kunci Jawaban dan Pembahasan Soal Prediksi UN SMP 2009 sudah kami Upload dan dapat di download melalui link-link berikut: 1. Pembahasan Soal Bahasa ...
iqbalanas.com/ - 30k - Tembolok - Halaman sejenis

Prediksi Soal Bahasa Inggris UAN SMA 2009 | Sebarin BANKSOAL
Kumpulan soal Prediksi UAN SMA 2009 untuk Program IPA telah kami upload dan dapat di download. Untuk Prediksi Soal Bahasa Inggris UAN SMA 2009 dapat di.



Source :

Free Download Software and Review - IDONBIU.com
"

Selasa, 13 Oktober 2009

motivasi belajar dengan group investigation

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya
manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Metode mengajar dalam dunia
pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar
mengajar (PBM) bergatung pada cara mengajar gurunya dan fasilitas yang
digunakan pada proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu fasilitas yang
digunakan pada proses belajar mengajar biologi adalah berupa alat peraga/media
yang nantinya dapat membantu siswa dalam memahami apa yang dijelaskan guru
secara langsung.
Berdasarkan visi dan misi Pendidikan Nasional yang terdapat dalam
Undang- undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, visi
Pendidikan Nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa. Untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia
agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Sedangkan Misi Pendidikan
Nasional adalah sebagai berikut. (1) Meningkatkan mutu pendidikan yang
memiliki daya saing ditingkat nasional, regional dan internasional, (2)
Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan pribadi yang bermoral.
Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka dituntut
beberapa informasi di bidang pendidikan nasioanal tersebut diantarnya, (1)
penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (2) perubahan
pandangan tentang peran manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi
paradigma manusia sebagai subyek pembangunan secara utuh, sehingga dalam hal
ini dituntut pendidik harus mampu membentuk manusia seutuhnya yang memiliki
karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan
kulturnya, (3) adanya pandangan terhadap kebenaran peserta didik yang
2
terintegrasi dalam lingkungan sosial kulturnya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang
berbudaya, (4) diperlukan suatu acuan dasar oleh setiap penyelenggara dan satuan
pendidikan agar tercipta proses pembelajaran yang demokratis dan mendidik.
“Motivasi mendorong kreativitas, dialogis, tersedianya sarana dan prasarana
belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara
optimal.” (Depdiknas, 2005:72- 75).
Menurut pendapat para ahli menyatakan bahwa peranan alat peraga dalam
pembelajaran biologi adalah untuk meletakkan ide-ide konsep dasar. Dengan
bantuan alat peraga yang sesuai, siswa dapat memahami ide-ide konsep dasar
yang melandasi sebuah konsep. Disamping itu dapat membangkitkan motivasi,
serta ikut terlibat dalam proses belajar secara aktif, sehingga akan tumbuh minat
belajar terhadap biologi pada umumnya, juga bermanfaat serta berfungsi secara
efektif untuk menarik suatu kesimpulan abstrak dari hal yang konkrit (Suherman,
1993:272).
Pengalaman di lapangan yang pernah dialami penulis di SMA N 1 Selat
kelas X-1, pada waktu mengikuti pelajaran biologi siswa merasa bahwa pelajaran
biologi sangat sulit karena siswa kurang memahami penjelasan guru yang hanya
menggunakan kata- kata/ceramah. Jadi penulis disini ingin memberikan suasana
baru yang nantinya dapat membantu dalam proses pembelajaran biologi dengan
mencoba menggunakan alat peraga sebagai media untuk lebih mempermudah
siswa dalam memahami materi pelajaran yang dijelaskan. Didalam penggunaan
alat peraga ini siswa akan dituntut aktif didalam berpikir dan memecahkan materi
yang dijelaskan dengan menggunakan alat peraga yang telah disediakan. Alat
peraga yang digunakan bisa dibuat dengan berbagai bentuk dan warna agar bisa
menarik dan menghibur siswa supaya mereka tidak merasa tegang dan
menganggap bahwa pelajaran biologi itu sulit dan membosankan, dengan
demikian siswa akan lebih mudah memahami secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dijelaskan oleh guru dan nantinya bisa mereka terapkan di
lapangan atau dikehidupn sehari-hari.
3
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin menggunakan alat peraga di dalam
penelitian untuk membantu siswa belajar biologi agar dapat meningkatkan
keaktivan dan prestasi belajar biologi siswa kelas X-1 SMA N 1 Selat, maka
dilakukan upaya perbaikan melalui tindakan yang terencana dan sistematis yang
dikemas dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memahami latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sejauh mana peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X-1 SMA N 1 Selat
dalam pembelajaran keanekaragaman hayati melalui bantuan alat peraga
pohon dikotomi berbasis Group Investigation (GI)?
2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa kelas X-1 SMA N 1 Selat
dalam pembelajaran keanekaragaman hayati melalui bantuan alat peraga
pohon dikotomi berbasis Group Investigation (GI)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X-1
SMA N 1 Selat dalam pembelajaran keanekaragaman hayati dengan bantuan
alat peraga pohon dikotomi berbasis Group Investigation (GI).
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa kelas X-1
SMA N 1 Selat dalam pembelajaran keanekaragaman hayati dengan bantuan
alat peraga pohon dikotomi berbasis Group Investigation (GI).
1.4 Manfaat Penelitian
Apabila dalam penelitian ini terbukti penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran biologi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar biologi
siswa kelas X-1 SMA N 1 Selat tahun pelajaran 2008/2009, maka dapat diambil
manfaat praktis sebagai berikut.
4
1. Bagi Siswa, Dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa karena
keaktivan siswa juga meningkat.
2. Bagi Guru, Dapat memberikan masukan bagi guru tentang alternatif
pembelajaran yang lebih baik, sehingga diperoleh suatu keberhasilan proses
pembelajaran. Dan dapat dipakai sebagai masukan dalam menentukan
kebijakan lebih lanjut yang berhubungan dengan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah, Dapat mengangkat nama sekolah, karena prestasi belajar siswa
meningkat akibat pengunaan alat peraga.
1.5 Penjelasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dan beda persepsi terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu
menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan Aktivitas
Menurut Poerwadarminta (1976:1078) meningkatkan adalah menaikan,
mempertinggi dan memperhebat. “Aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani.” (Utami Munandar 1985:45).
Sementara menurut tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga
(2001:23) meningkatkan aktivitas adalah cara meningkatkan keaktivan dari suatu
kegiatan yang dilaksanakan.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan meningkatkan aktivitas
dalam penelitian ini adalah segala cara yang digunakan untuk meningkatan
keaktifan dari suatu kegiatan baik jasmani maupun rohani.
2. Prestasi Belajar
“Prestasi adalah hasil yang dicapai.” (Sastrapaja dalam Putra, 2006:3).
Sementara menurut Negoro (dalam Putra, 2006:4) menyatakan bahwa Prestasi
adalah segala sesuatu yang menunjukkan kecakapan seseorang. Dan menurut
5
pendapat (Nurkancana, 1981:2) menyatakan bahwa Prestasi adalah hasil yang
dicapai setelah individu tersebut melakukan suatu kegiatan dan prestasi kecakapan
yang nyata.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa prestasi itu memiliki arti
yaitu suatu pencapaian hasil yang maksimal dari suatu kegiatan yang dilakukan.
Sedangkan “Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan
atau pengalaman baru, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.” (Hudoyo,
1988:107). “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes atau skor yang diberikan oleh guru.” (Tim Penyusun Kamus Besar
Indonesia edisi ketiga, 2000:895).
Jadi sesuai dengan uraian diatas, yang dimaksud dengan prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang dicapai siswa setelah mengalami
suatu perubahan dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan karena
pengalaman, dimana hasil yang dicapai berupa nilai atau skor yang diperoleh
melalui proses belajar mengajar.
3. Alat Peraga Biologi
“Alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep
biologi.” (Ruseffendi dalam Sriarti, 2006:5). Alat peraga dalam penelitian ini
adalah alat peraga untuk menjelaskan tentang keanekaragaman hayati. Alat peraga
disini bisa berupa benda-benda yang memiliki bentuk dan bisa dibuat dari
berbagai bahan seperti: triplek, karton dan kertas. Dalam penelitian ini alat peraga
yang digunakan adalah model pohon dikotomi.
4. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Model pembelajaran group investigation (GI) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa bekerja
menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok,
serta mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas (Nur & Wikandari,
2000:30)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Belajar
Dalam hal ini banyak ahli yang mengemukakan tentang arti dari belajar.
Masing-masing pendapat memiliki ciri khas dan latar belakang tersendiri menurut
pandangan maupun teori yang dianut oleh ahli tersebut diantaranya, “belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan.”
(Hamalik, 1994:27).Sementara menurut pendapat ahli lain, “Belajar berarti suatu
proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungan.” (Ali,
1992:14). Dari kedua pendapat itu ternyata memiliki kesamaan pandangan yakni
sama-sama memasukan bahwa pengertian belajar meliputi tiga unsur pokok yaitu
(1) belajar itu merupakan suatu proses, (2) belajar itu ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku pada diri si pelajar, (3) belajar akan terjadi bila terjadinya
interaksi atau hubungan dengan lingkungan.
Selain pendapat di atas masih ada pendapat lain tentang belajar,
diantaranya “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif
permanen sebagai hasil pengaruh dari lingkungan.” (Robinson, 1998:9). Pendapat
ini menekankan pada empat unsur yaitu (1) belajar sebagai suatu proses, (2)
adanya perubahan tingkah laku, (3) relatif permanen, dan (4) pengaruh
lingkungan.Lain halnya dengan pendapat ini “Belajar diartikan sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya intraksi antara individu dan individu
dengan lingkunganya.”(Bruton dalam Usman, 1990:2). Pendapat ini menekankan
perubahan tingkah laku individu dipengaruhi oleh dua intetaksi yaitu dengan
individu dan dengan lingkunganya. Intraksi yang terjadi dapat bersifat tunggal
(individu) maupun kolektif, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dengan mencermati beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen akibat
interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian dalam belajar ditandi dengan
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,
7
serta segala bentuk perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh perubahan
proses kematangan.
2.2 Keaktivan Belajar
1. Pengertian keaktivan belajar
Menurut Tim Didaktik metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1987:25)
“Keaktivan belajar adalah terlibatnya unsur jasmani maupun rohani siswa dalam
proses pembelajaran.” Keaktivan jasmani adalah kegiatan jasmani maupun rohani
yang nampak bila siswa sibuk bekerja, seperti melakukan percobaan, membuat
kontruksi model, berkebun dan lain-lain. Sedangkan keaktivan rohani adalah
kegiatan yang nampak bila siswa mengamati dengan teliti, mengingat,
memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan. Pernyatan ini menekankan
pada terlibatnya unsur jasmani maupun unsur rohani siswa. “Keaktivan belajar
adalah terlibatnya potensi belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor)
sehingga timbul minat, gairah, dan semangat untuk terlibat dalam proses
pembelajaran dan bahkan memiliki rasa keinginan belajar mandiri.”(Budimansyah
dan Djahiri, 1996:14-15). “Keaktivan belajar adalah terlibatnya siswa secara aktif
unsur fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang
berupa perpaduan antara domain kognitif, efektif, dan psikomotor.”(Rusyan dan
Hamijaya, 1992:7). “Keaktivan belajar menunjukan pada keaktifan mental,
meskipun menurutnya dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung
dalam berbagai bentuk keaktivan fisik.” (Joni dalam Rusian, 1992:16). Pendapat
ini menekankan pada terlibatnya mental siswa secara optimal.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan, maka keaktivan
belajar adalah terlibatnya secara optimal semua potensi belajar siswa, baik fisik,
mental emosional dan intelektualnya, sehingga menimbulkan gairah, minat, dan
semangat siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan.
2. Ciri-ciri keaktivan belajar
8
Terdapat beberapa pendapat tentang ciri-ciri keaktivan belajar. Hal ini
disebabkan karena perbedaan sudut pandang mengenai belajar. “Proses belajar
yang aktif ditandai dengan berdialognya ketiga potensi dari siswa (kognitif,
afektif, dan psikimotor).” (Djahiri dan Budimansyah, 1996:14). Menurutnya,
keaktivan secara kognitif ditandai dengan adanya nalar berjalan, keaktivan secara
afektif dengan daya cipta dan penghayatan bergerak, serta keaktivan psikomotor
ditandai dengan keterampilan teknis bereaksi (walaupun mungkin secara
imajinasi). Menurut pendapat ahli lain mengemukakan bahwa ada empat ciri
keaktivan belajar yaitu: (1) keinginan dan keberanian dalam menampilkan
permasalahan, (2) keinginan, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipsi
dalam kegiatan, baik pada persiapan, proses, dan kelanjutan belajar, (3)
penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar, dalam menjalani dan
menyelesaikan belajar sampai mencapai keberhasilan, dan (4) kebebasan dan
keleluasaan melakukan hal tersebut di atas, tanpa tekanan guru atau pihak
lain.(Joni dalam Rusyan dan Hamijaya, 1992:19) Pernyataan ini menyatakan
keaktivan belajar banyak nampak pada proses belajar, yakni pada proses
pembelajaran, siswa bukan hanya sebagai obyek, tetapi sebagai subyek belajar
seperti halnya adanya prakarsa, kreaktivitas, keberanian dan kebebasan belajar.
Menurut ahli lain mengemukkan bahwa ada beberapa indikator yang
menunjukkan terdapatnya iklim belajar yang aktif, yakni: (1) adanya prakarsa
siswa dalam kegiatan pembelajar, yang ditunjukkan melalui keberanian
mengemukakan pendapat,usul dan saran didalam penetapan tujuan dan cara
kegiatan belajar yang dilaksanakan serta kesediaan mencari alat atau sumber
belajar, (2) adanya keterlibatan mental siswa dalam kegiatan belajar yang tengah
berlangsung, yang ditunjukkan dengan pengingatan diri kepada tugas secara
intelektual maupuan emosional, komitmen untuk menyelesaikan tugas dengan
baik dan tuntas, terkadang siswa menghasilkan dan berbuat lebih dari pada yang
diharapkan, baik secara kuantitas maupun kualitas, (3) adanya variasi bentuk dan
alat kegiatan pembelajaran, sebagai upaya mencapai tujuan yang bervariasi, dari
tujuan intruksional sampai efek pengiring disamping karena perbedaan individu
siswa, dan (4) tingginya kualitas interaksi belajar antar siswa baik secara
9
intelektual maupun emosional, yang berkaitan dengan kemauan dan kemampuan
bekerjasama dan dalam memecahkan masalah.
Pendapat ini menekankan ciri keaktivan belajar selain ditunjukkan pada
proses belajar dan hasil belajar, seperti ketuntasan menyelesaikan tugas dan
kemungkinan menghasilkan tugas yang lebih dari yang diharapkan. Serta
keaktivan belajar dicirikan dengan digunakannya variasi bentuk dan alat pelajaran
untuk mencapai tujuan intruksional maupun tujuan pengiring.
Dengan mencermati beberapa pendapat di atas, maka keaktivan belajar
siswa dalam proses pembelajaran ditunjukkan dengan terlibatnya semua potensi
belajar siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor secara optimal, yang dapat
dilihat dari interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Keaktivan dalam belajar
dicirikan dari tingkah laku yang tampak serta dapat diamati dari gejala-gejala
yang ditimbulkannya, serta kecendrungan prilaku yang dapat dikenali dari tingkah
lakunya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keaktivan belajar adalah
ditandai dengan: (1) kemampuan mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan,
(2) kemampuan mengajukan pertanyan/permasalahan, (3) kemauan dan
kemampuan bekerja sama dengan teman, (4) menampakkan perhatian/konsentrasi
selama pembelajaran, (5) menampakkan kesungguhan/keantosiasan
menyelesaikan tugas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktivan Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keaktivan belajar siswa.
“Proses belajar mengajar akan menarik dan merangsang ingin tahu serta para
peserta didik ingin mencoba, jika proses belajar mengajar tersebut dilengkapi
dengan alat peraga, sehingga mengaktifkan belajar peserta didik.” (Rusyan,
1993:5). Pendapat ini memandang bahwa faktor penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran berpengaruh terhadap keaktivan belajar siswa. Artinya penggunaan
alat peraga akan menarik minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa.
Sementara menurut pendapat ahli lain mengatakan bahwa “Sistem
pengajaran dua arah atau lebih dan sistem pengajaran multi arah menyebabkan
siswa mendapat kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan
10
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinisiatif semaksimal mungkin.”
(Robinson, 1998:23). Pendapat ini menekankan pada pembelajaran yang multi
arah atau multi interaksi dan penggunaan alat peraga merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi keaktivan belajar siswa.” Variasi alat peraga atau media
sumber belajar akan menentukan corak dan kadar proses pembelajaran.
Terlaksana tidaknya asas siswa belajar aktif juga tergantung pada variasi
alat peraga yang digunakan.” (Budimansyah dan Djahiri, 1996:14). Pendapat ini
menekankan pada variasi penggunaan alat peraga atau media belajar dapat
menentukan corak dan kadar proses pembelajaran. Artinya variasi penggunaan
alat peraga atau media belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
aktivitas belajar siswa.
Mencermati beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat
dikatakan bahwa penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi serta tingkat
perkembangan siswa, dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Artinya
penggunaan alat peraga atau media belajar dapat mengoptimalkan keikutsertaan
seluruh minat siswa sehingga dapat meningkat aktivitas belajar.
2.3 Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi belajar
Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa “ prestasi adalah suatu
kemampuan untuk melakukan sesuatu secara permanen.” (Ali, 1992:14).
Pengertian ini menekankan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang
permanen yang dapat diulang-ulang. “Prestasi belajar adalah merupakan tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.” (Nawawi, 1981).
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah berupa
pengetahuan, keterampilan fisik, mental dan sosial, serta sikap dan nilai yang
dicapai setelah melakukan kegiatan belajar.” (Depdikbud, 1994:25). Pendapat ini
menekankan tiga ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah kemampuan yang berupa kognitif, afektif, dan psikomotor
11
yang dapat dilihat dari penampilan maupun kecendrungan prilaku yang diperoleh
setelah melakuakan kegiatan belajar.
2.Ciri-ciri Prestasi belajar
Setelah melakukan kegiatan belajar, siswa memperoleh suatu kemampuan.
Kemampuan yang diperoleh tersebut dapat diketahui dari ciri-cirinya. Banyak ahli
yang mengemukakan pendapat tentang ciri-ciri dari prestasi belajar menurut sudut
pandangan dan landasan teori masing- masing seperti pendapat berikut ini, yang
mengemukakan bahwa “tingkah laku itu merupakan prestasi belajar, apabila (1)
tingkah laku itu sebagai hasil pengaruh dari lingkungan, (2) tingkah laku itu
bersifat relatif.” (Robinson, 1998:14).
Sedangkan ada pendapat lain mengatakan bahwa ciri suatu tingkah laku
adalah sebagai prestasi belajar yaitu (1) relatif permanen, (2) akibat interaksi
dengan lingkungan yang dilakukan dengan sengaja, (3) bukan karena proses
kematangan, (4) tingkah laku tersebut dapat diulang-ulang dengan hasil yang
sama (Ali, 1992:14). Pendapat Robinson mempunyai sedikit perbedaan dengan
pendapat Muhamad Ali. Robinson menekankan bahwa prestasi belajar disyaratkan
dua ciri. Sedangkan Muhamad Ali menambahkan dengan (1) tingkah laku karena
kematangan bukan merupakan hasil belajar, (2) tingkah laku itu dapat disebut
hasil belajar apabila diperoleh setelah si pelajar (siswa) melakukan interaksi yang
sengaja dengan lingkungan.
Menurut pendapat lain mengatakan “ciri-ciri prestasi belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti.” (Hamalik, 1994:27-28). Tingkah laku yang
dimaksud meliputi segi jasmani (struktural) dan segi rohani (fungsional), yang
keduanya saling berinteraksi satu sama lain. Tingkah laku tersebut juga bukan
hanya merupakan pengetahuan, tetapi juga sebagai aspek keterampilan, kebiasaan,
emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani dan hubungan sosial. Ciri prestasi belajar
menurut pendapat ini menekankan perubahan tingkah laku dari segi struktural dan
fungsional.
12
Dari beberapa pendapat di atas masih ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa “ciri proses belajar yang berhasil adalah adanya perubahan prilaku yang
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan serta dalam proses belajar
siswa memiliki semangat dan percaya diri.”(Rusyan, 1993:12-13). Pendapat ini
selain menekankan pada hasil, juga pada proses belajar.
Dengan mencermati beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan
bahwa ciri prestasi belajar adalah adanya tingkah laku yang dapat domain
pengetahuan, sikap atau keterampilan yang relatif permanen, dapat diulang-ulang
dengan hasil yang relatif sama, hasil interaksi secara sengaja dengan lingkungan
dan bukan karena proses kematangan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah (1) kesiapan
(Readiness) yaitu kapasiti, baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu,
(2) motivasi, yaitu dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, dan (3)
tujuan yang ingin dicapai (Ali, 1992:15).
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar antara lain (1) bahan atau hal yang
dipelajari, (2) lingkungan, meliputi lingkungan yang ditimbulkan karena adanya
interaksi antar manusia, (3) instrumen, perpustakaan dan berbagai perangkat
media lainnya. Sedangkan yang berupa perangkat lunak seperti kurikulum, paket
belajar, dan modul, (4) kondisi belajar yang meliputi kondisi fisik dan psikologis
seperti kecerdasan, perasaan, perhatian, kemauan, bakat, minat dan motivasi
(Ibrahim, dkk, 1992:41-43). Pendapat Ibrahim ini menekankan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi oleh instrumen yang meliputi beberapa perangkat media (alat
peraga) yang digunakan dalam proses pembelajaran serta pengaruh interaksi antar
manusia (siswa) di dalam kelas.
Selain pendapat di atas ada pendapat lain yang mengatakan bahwa untuk
mencapai tujuan pembelajaran biologi perlu strategi yang dapat mengaktifkan
siswa untuk belajar. Strategi ini bertumpu pada (1) optimalisasi interaksi antara
semua elemen pembelajaran (guru, siswa, media/alat peraga), (2) optimalisasi
13
keikutsertaan seluruh siswa (panca indra, nalar, rasa, karsa) (Putra dan Siti M.
dalam Sriarti, 2006:11)
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa salah satu
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah penggunaan alat peraga dalam
proses pembelajaran.
2.4 Alat Peraga Biologi
1. Pengertian Alat Peraga
“Alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep
biologi.” (Ruseffendi, 1994:144). Terdapat perbedaan antara alat peraga biologi,
alat biologi, dan alat pembelajaran biologi.
Alat biologi adalah alat yang berfungsi untuk mengamati dan mengukur
seperti mikroskop, open, mikrometer dan sebagainya. Sedangkan alat
pembelajaran biologi berupa kapur tulis, papan tulis, kertas, proyektor, dan
komputer. Alat peraga untuk menerangkan konsep biologi itu dapat berupa benda
nyata, awetan, gambar atau diagram.
2. Fungsi dan Manfaat Alat peraga
Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam
pelajaran biologi. Fungsi atau manfaat dari alat peraga biologi dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) dengan alat peraga, anak-anak akan lebih
banyak mengikuti pelajaran biologi dengan gembira, sehingga minatnya semakin
besar, anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap
pembelajaran biologi, (2) dengan disajikannya konsep abstrak biologi dalam
bentuk konkrit, maka siswa pada tingkat-tingkat yang rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti, (3) alat peraga membantu daya titik ruang, sehingga
dengan melalui gambar dan benda-benda akan terbantu daya titiknya sehingga
lebih berhasil dalam belajar, (4) anak akan menyadari adanya hubungan antara
pelajaran dengan benda-benda yang ada disekitarnya dan masyarakat, dan (5)
konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk
14
model biologi dapat pula dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat
untuk penelitian ide-ide dan relasi-relasi baru.
Selanjutnya dikemukakan juga bahwa selain dari fungsi dan manfaat alat
peraga dalam pembelajaran biologi dapat pula dikaitkan dan dihubungkan dengan
salah satu atau beberapa tujuan berikut. (1) Pembentukan konsep, (2) Pemahaman
konsep, (3) Latihan dan penguatan, (4) Melayani perbedaan individu, termasuk
anak-anak yang lemah dan yang berbakat, (5) Pengukuran, alat peraga dapat
dipakai sebagai alat ukur, (6) Pengamatan dan penemuan sendiri, alat peraga
sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti, (7) Pemecahan
masalah, (8) Mengundang berpikir, (9) Mengundang untuk berdiskusi, dan (10)
Mengundang berpartisipasi aktif (Ruseffendi, 1994:140).
Menurut ahli lain mengemukakan bahwa siswa perlu diberikan ragam
benda konkrit sebagai model konkrit dari konsep biologi yang sedang dipelajari
(Dienes dalam Ruseffendi, 1994:144). Dienes mengemukakan beberapa alasan
sehubungan dengan pemakaian alat peraga dalam pembelajaran biologi yang perlu
mendapat perhatian diantaranya: (1) peragaannya hendaknya dengan
menggunakan berbagai contoh supaya penghayatan siswa lebih besar Sedangkan
ahli lain mengemukakan bahwa belajar aktif, dalam lingkungan yang kaya dan
menggunakan benda-benda konkret untuk siswa sangat penting (Brunner dalam
Ruseffendi, 1994:144).
Dengan mencermati pendapat-pendapat tersebut, maka diketahui bahwa
penggunaan alat peraga sangat penting dalam pembelajaran biologi guna
meningkatkan aktifitas belajar siswa serta tercapai prestasi belajar yang
diharapkan.
3. Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Biologi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat peraga
biologi yang sederhana diantaranya: (1) dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat
supaya tahan lama. (2) diusahakan bentuk dan warnanya menarik, (3) dibuat
secara sederhana, mudah dikelola dan tidak rumit, (4) ukuran dibuat sedemikian
rupa, sehingga seimbang dengan ukuran fisik siswa, (5) dapat menyajikan konsep
15
biologi (bentuk nyata, gambar, diagram), (6) sesuai dengan konsep, (7) peragaan
itu sebagai upaya dasar untuk timbulnya konsep abstrak, (8) bila diharapkan siswa
belajar aktif (sendiri atau kelompok) alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan,
yaitu dikutak-katik seperti diraba, dipegang, dipindah, dipasang dan dibongkar,
dan (9) bila memungkinkan buatlah alat peraga yang berfungsi banyak.
(Ruseffendi, 1994:142).
Dengan memperhatikan syarat-syarat pembuatan alat peraga, selanjutnya
Ruseffendi mengemukakan penggunaan alat peraga dikatakan gagal apabila: (1)
generalisasi konsep abstrak dari pemakaian alat peraga tidak tercapai, (2) jika
pemakaian alat peraga itu hanya sekedar sajian belaka tidak memiliki nilai-nilai
biologi, (3) penyajian alat peraga itu tidak pada waktunya yang tepat, (4) jika
pemakaian alat peraga itu terlalu banyak pemborosan waktu, (5) diberikan kepada
siswa yang tidak memerlukan alat peraga, terlalu diada-adakan, dan (6) penyajian
alat peraga itu tidak menarik dan rumit.
Pendapat ini menuntut kecermatan dan ketelitian membuat, menetapkan
dan menggunakan alat peraga biologi dalam pembelajaran biologi. Dalam
penelitian ini alat peraga biologi yang digunakan adalah model pohon dikotomi
yang bahannya dibuat dari barang bekas.
2.5 Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Model pembelajaran group investigation (GI) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa bekerja
menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok,
serta mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas (Nur & Wikandari,
2000:30)
Ide model pembelajaran group investigation (GI) bermula dari persepektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seorang harus memiliki
pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku
“Democracy and Education” (Arends, dalam Santyasa, 2004b: 74-75). Dalam
buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya
merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar
tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan
16
(Jacob, et al., dalam Santyasa, 2005:14), adalah: (1) siswa hendaknya aktif,
learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3)
pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar
hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus
mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling
menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6)
kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Dewey (dalam
Santyasa, 2004b:75) menganjurkan agar dalam lingkungan belajar guru
menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokratis dan
proses ilmiah. Tanggung jawab utama para guru adalah memotivasi siswa untuk
bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam
pembelajaran.
Dalam penerapan group investigation (GI) guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 4 sampai 5 siswa yang heterogen. Dalam
beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Sintak dari model group
investigation terdiri dari 6 tahap yaitu; pengelompokkan (grouping), perencanaan
(planning), penyelidikan (investigating), pengorganisasian (organizing),
mempresentasikan (presenting), pengevaluasian (evaluating). Tahapan-tahapan
secara detail adalah sebagai berikut (Slavin, 1995:113-114).
1) Pengelompokan (Grouping), yaitu tahap mengidentifikasi topik dan
mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok investigasi.
Kegiatan siswa dan guru pada tahap ini adalah sebagai berikut
a) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan memutuskan kategorikategori
topik permasalahan.
b) Siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari topik yang mereka
pilih.
c) Guru membantu dalam mengumpulkan data dan mengatur pembentukan
kelompok.
2) Perencanaan (Planning), yaitu tahap pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.
Pada tahap ini, seluruh siswa bersama-sama merencanakan tentang:
17
a) apa yang akan mereka pelajari?
b) bagaimana mereka belajar?
c) bagaimana pembagian tugas dalam kelompok?
d) untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
3) Penyelidikan (investigating), yaitu tahap pelaksanaan penyelidikan. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut.
a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki.
b) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan kelompok.
c) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersatukan ide
dan pendapat.
4) Pengorganisasian (Organizing), yaitu tahap persiapan laporan. Pada tahap ini,
kegiatan siswa adalah sebagai berikut.
a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya
masing-masing.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana cara mempresentasikannya.
c) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk perencanaan panitia
diskusi kelas (menentukan siswa yang sebagai pemimpin, moderator, dan
notulis) dalam presentasi hasil investigasi.
5) Presentasi (Presenting), yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan belajar
di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk
penyajian.
b) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar (audiens).
c) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan
atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
18
6) Evaluasi (Evaluating), yaitu penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
Pada tahap ini, kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
a) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan
yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman
efektifnya.
b) Guru dan siswa berkolaborasi mengevaluasi tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
c) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Sistem sosial yang dikembangkan pada pembelajaran group investigation
(GI) adalah minimnya arahan guru, demokratis, guru dan siswa memiliki status
yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Peran
guru adalah sebagai konselor, konsultan, dan sumber kritik yang konstruktif.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bahwa penelitian ini
mempunyai latar alami (natural setting). Peneliti didalam melakukan penelitian
berusaha tetap menjaga konteks dan keutuhan kelas, serta meminimalkan
pengaruh terhadap kelas (Bogdan dalam Putra, 2003:49).
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research), penelitian dengan tindakan untuk mengadakan
perubahan-perubahan sehingga menjadi lebih baik (Dimyanti, 2000:175). Salah
satu karakteristik dari penelitian tindakan kelas adalah bersifat self-evaluatif yaitu
kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara terus menerus (Depdikbud.
Dirgen Dikdasmen, 1999:8). Peneliti belajar dari pengalaman selama perubahan
sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan
kondisi kelas yang ada.
Jadi secara garis besarnya penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri
dengan dibantu oleh guru serumpun (biologi) melalui refleksi diri dengan tujuan
memperbaiki kinerja sehingga prestasi belajar siswa bisa lebih meningkat. Dalam
penelitian ini guru dianggap paling tepat melakukan penelitian ini karena: (1) guru
mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya, (2) guru merupakan orang yang
paling akrab dengan kelasnya, (3) interaksi guru dengan siswa berlangsung secara
unik, dan (4) keterlibatan guru dengan berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya.
Dalam penelitian ini masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi
(kemmis dan Taggart, 1988). Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut. (1)
Rencana: Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar biologi siswa. (2) Tindakan: Tindakan yang dilakukan oleh guru
atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
20
diinginkan (3) Observasi: Mengamati dan mengevaluasi atas hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa dan (4) Refleksi:
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari
tindakan, dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dapat
melakukan revisi atau perbaikan terhadap rencana awal.
Adapun pelaksanaan penelitian dalam dua siklus tersebut dapat
divisualisasikan dengan gambar berikut.
Refleksi Awal
Rencana Awal
Refleksi SIKLUS I
Tindakan dan Observasi/Evaluasi
Rencana
Refleksi SIKLUS II
Tindakan dan Observasi/Evaluasi
Dst…
Gambar 3: PTK Model Kemmis & Taggart
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Selat Kecamatan Selat, Kabupaten
Karangasem.
3.4 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan siswa kelas X-1 sebagai subyek penelitian
yang terdiri dari 40 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2008/2009.
3.5 Metode dan Alat Pengumpul Data
21
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
1. Teknik observasi, format observasi berbentuk daftar cek yang memuat 5
indikator diantaranya: (a) kemampuan mengungkapkan
pendapat/menjawab pertanyaan, (b) kemampuan mengajukan
pertanyaan/permasalahan, (c) kemauan dan kemampuan bekerja sama
antar teman, (d) menampakkan perhatian/konsentrasi selama
pembelajaran, dan (e) menampakkan kesungguhan/keantusiasan
menyelesaikan tugas. Satu deskriptor skor tertingginya adalah (5) jika
siswa menampakkan sangat aktif dan diberikan skor terendah (1) jika
siswa menampakkan sangat kurang aktif.
2. Metode tes, tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa,
bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian dan tes tersebut dilaksanakan
pada tiap-tiap akhir suatu siklus.
3.6 Pengecakan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik
triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi dengan rekan serumpun.
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
pengecekan atau sebagai penbanding terhadap data itu sehingga data yang
diperoleh adalah reperentatif.” (Moleong dalam Putra, 2003:55).
Teknik pemeriksaan sejawat melalui diskusi dilakukan dengan cara
mengumpulkan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi analitik dengan rekan-rekan serumpun. Hal ini dilakukan dalam upaya
mendapatkan data dengan derajat kepercayaan yang diharapkan.
3.7 Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis untuk dikaji lebih
jauh untuk mengetahui dampak dari tindakan yang telah dilakukan pada masingmasing
siklus. Hasil analisis data siklus I dijadikan dasar melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Sedangkan hasil
22
analisis data siklus II dijadikan dasar melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan siklus II. Analisis terakhir dilakukan pada akhir seluruh siklus untuk
mengkaji data dalam hubungannya dengan hasil atau kesimpulan dalam penelitian
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.
“Analisis data statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti
distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, dan standar deviasi
untuk ini menggambarkan suatu objek/vatriabel tertentu, sehingga diperoleh
kesimpulan umum.” (Agung, 1999:76)
Analisis ini digunakan mengingat dalam penelitian ini tidak memerlukan
generalisasi berdasarkan data sampel. Metode ini digunakan untuk menganalisis
data tentang keaktivan belajar dan hasil belajar siswa. Dalam dunia pendidikan
khususnya pada bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu,
dipergunakan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP). Demikian pula pada
penelitian ini, yakni pada mata pelajaran biologi menggunakan pendekatan
penilian acuan patokan sebagai kriteria keberhasilan tindakan yang dilakukan.
Analisis data tentang keaktifan belajar siswa didasarkan atas nilai rata- rata
aktivitas siswa (M), Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI). Skor
pengamatan dapat dikategorikan dalam lima kategori yakni kategori sangat aktif,
aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan sangat kurang aktif. Secara rinci disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 1 Tingkat Aktivitas Belajar Siswa (Diadopsi dari Sunartana
1992:100)
Skor Predikat
MI + 1,5 SDI ≤ M
MI + 0,5 SDI ≤ M < MI + 1,5 SDI
MI – 1,5 SDI ≤ M < MI + 0,5 SDI
MI – 1,5 SDI ≤ M < MI – 0,5 SDI
M< MI – 1,5 SDI
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
Keterangan:
23
MI =
2
1
(Skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SDI =
6
1
(Skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
M = Rata-rata skor aktivitas siswa
Karena skor tertinggi ideal pada penelitian ini adalah 25, dan skor terendah
ideal adalah 5, maka dapat dihitung MI dan SDI sebagai berikut.
MI =
2
1
( 25 + 5 ) = 15
SDI =
6
1
( 25 + 5 ) = 5
Dengan demikian tentang skor untuk masing-masing dapat disajikan
seperti tabel berikut.
Tabel 2 Konversi Skor Aktivitas Siswa (Diadopsi dari Sunartana 1992:100)
Skor Predikat
22,5 ≤ M
17,5 ≤ M < 22,5
12,5 ≤ M < 17,5
7,5 ≤ M < 12,5
M < 7,5 SDI
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa,diukur dengan menggunakan tes
hasil belajar berbentuk skor mengacu pada kriteria keberhasilan belajar siswa dari
Nurkancana dan Sunartana (1992 :173). Skor tersebut dianalisis secara deskriptif
yaitu dengan menentukan rata-rata skor prestasi belajar (M), daya serap (DS), dan
ketuntasan belajar (KB). Rumus untuk mencari M, DS, dan KB disajikan berikut
ini.
N
X
M
Σ
=
24
Keterangan:
M = Rata-rata skor prestasi belajar (Mean)
X = Skor
N = Banyak siswa
DS =
Skor tertinggi ideal
M
x 100%
Keterangan:
DS = Daya Serap
M = Mean
KB = 100%
N
Ni ´
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
Ni = Banyaknya siswa yang memperoleh skor ≥ 6,5
N = Banyaknya siswa yang ikut tes.
Kriteria penentuan daya serap (DS) dan ketuntasan belajar (KB)
menggunakan pedoman kurikulum SMA tahun pelajaran 2008/2009 yang berlaku
di sekolah tersebut. Hasil belajar siswa telah optimal apabila rata-rata skor prestasi
belajar siswa “65”, ketuntasan belajar “80%”, dan daya serap “65%”. Berdasarkan
pendapat tersebut, siswa dikatakan mencapai keberhasilan jika DS ³ 65% dan KB
³ 80%.
Selanjutnya persentase daya serap yang diperoleh akan dibandingkan
dengan pedoman PAP skala lima untuk daya serap yang diadopsi dari PAP skala
lima hasil belajar, dengan menyesuaikan pada predikat menjadi sangat tinggi,
tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3 PAP Skala Untuk Daya Serap
Daya Serap Predikat
90%-100%
80%-89%
Sangat tinggi
Tinggi
25
65%-79%
55%-64%
0%-54%
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
3.8 Prosedur Penelitian.
1. Refleksi Awal
Rendahnya hasil belajar biologi siswa diduga disebabkan karena
rendahnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena
guru tidak memakai alat peraga dan interaksi pembelejaran masih bersifat
monoton dan masih didominasi oleh guru, sehingga siswa kurang terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dan suasana kelas kurang kondusif. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diupayakan penggunaan alat peraga untuk
meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara
optimal dalam pembelajaran akan dapat membantu penguasaan konsep-konsep
biologi yang dipelajari.
2. Siklus I
a. Rencana
Perencanaan tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan putaran siklus
I adalah tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk pokok bahasan
keanekaragaman hayati sub pokok bahasan Keanekaragaman gen, jenis dan
ekosistem. Pertemuan kedua sub pokok bahasan Klasifikasi mahluk hidup
Sedangkan pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini (a) rencana pembelajaran (RP), (b) lembar observasi, (c) tes
prestasi belajar, dan (d) alat peraga biologi.
b. Tindakan dan Observasi/Evaluasi
Tindakan yang dilaksanakan adalah menjelaskan materi dengan
menggunakan alat peraga yang meliputi beberapa tahapan yaitu, (1) tahap
pendahuluan, (2) tahap pengembangan, (3) tahap penerapan, dan (4) tahap
penutup. Masing-masing tahapan tersebut telah dijabarkan pada Rencana
pembelajaran.
26
Observasi yang dimaksud adalah mengamati dampak dari tindakan yang
dilakukan terhadap siswa. Observasi difokuskan pada aktivitas belajar dan
dilakukan pada setiap awal pertemuan siklus. Sedangkan prestasi belajar siswa
diukur dengan metode tes yang dilakukan pada akhir siklus.
c. Refleksi
Setelah dilaksanakan obervasi atau evaluasi, maka dilakukan refleksi
terhadap kebermaknaan tindakan yang telah dilakukan.
Refleksi adalah cara berpikir dengan proses cepat antara melihat empiris
dan membangun konsep abstraksinya. Biasanya sulit dilacak prosesnya karena
cepatnya, tetapi mutu hasil berpikir refleksi dapat bermutu tinggi bila orangnya
cerdas atau orangnya mempunyai antosiasme tinggi serta memiliki kepedulian
pada permasalahannya. Dalam proses berpikir lambat, dalam arti prosesnya runtut
bila kita terangkan dari empiri yang cukup banyak dicari umumnya disebut
berpikir induktif, berpikir membangun abstraksi sebaiknya bila konsep umum
yang abstrak kita mencari jabarannya atau terapan empiri disebut berpikir
deduktif, berpikir menjabarkan dalam terapa-terapan khusus. (Muhajir, 1996:26)
Pada tahapan ini refleksi diarahkan untuk mengidentifikasi keberhasilan
dan ketidakberhasilan dari tindakan. Selanjutnya mencari penjelasan atas
keberhasilan atau ketidak berhasilan yang diperoleh, sebagai dampak dari
pengunaan alat peraga biologi. Melalui refleksi, peneliti berupaya memperbaiki
proses pembelajaran secara berkelanjutan, artinya tidak hanya berhenti pada
proses refleksi ini, tetapi hal-hal yang masih merupakan kelemahan ditindak
lanjuti dengan membuat perencanaan tindakan untuk dilakukan pada siklus II
3. Siklus II
a. Rencana
Rencana yang diperlukan untuk menyelesaikan putaran siklus II adalah
tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama pokok bahasan Tata nama ilmiah dan
pertemuan kedua untuk sub pokok bahasan Penggunaan kunci dikotomi,
sedangkan pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus II.
27
Ketentuan pendukung dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (a)
rencana pembelajaran (RP), (b) lembar observasi, (c) tes prestasi belajar dan (d)
alat peraga biologi.
b. Tindakan dan Observasi/Evaluasi
Dalam perencanaan pada siklus II peneliti menyiapkan hal-hal yang
hampir sama dengan siklus I yaitu: membuat RP, membuat lembar observasi, tes
prestasi belajar, dan alat peraga.
Observasi yang dimaksud adalah mengamati dampak dari tindakan yang
dilakukan terhadap siswa selama proses pembelajaran. Observasi difokuskan pada
aktivitas belajar yang dilakukan pada awal pertemuan siklus. Sedangkan prestasi
belajar siswa diukur dengan metode tes yang dilakukan pada akhir siklus.
c. Refleksi
Pada tahap ini mengkaji, merenung dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Pada tahap ini
diidentifikasi keberhasilan maupun ketidakberhasilan tindakan yang telah
dilaksanakan. Melalui refleksi, diharapkan dapat menghasilkan konsep
pembelajaran yang lebih baik serta berfungsi untuk memecahkan masalah pada
siklus II.
3.9 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang telah disesuaikan
dengan data yang diambil, yaitu tes prestasi belajar untuk masing-masing siklus
diukur dengan menggunakan perangkat tes prestasi dan lembar observasi
digunakan untuk mengukur data tentang aktivitas belajar siswa.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu dari tanggal 1 April
2007 sampai dengan tanggal 2 Mei 2007. Data yang dikumpulkan adalah data
aktivitas belajar siswa dan hasil prestasi belajar siswa. Hasil analisis data dapat
dilaporkan sebagai berikut.
1. Hasil Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa
Dari hasil observasi rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I
adalah sebesar “17,80”, dan pada siklus II sebesar “22,43”. Dengan peningkatan
rata-rata skor aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar “4,63”.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, maka dapat dihitung persentase
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebagai berikut.
dari perhitungan di atas diketahui:
Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I ( X I) = 17,80
Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II ( X II) = 22,43
Sehingga persentase peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa (% X )
adalah sebagai berikut.
% ´100% = -
I
II I
X
X X
X
= 100%
17,80
22,43 17,80 - ´
% X = 26,01%
Jadi persentase peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar siswa dari
siklus I ke siklus II adalah sebesar 26,01%. Berdasarkan kriteria aktivitas belajar
siswa yang telah ditetapkan, maka tingkat aktivitas belajar siswa pada siklus I
tergolong aktif, dan pada siklus II tergolong sangat aktif. Hasil analisis data
aktivitas belajar tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut.
29
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus
I dan Siklus II
Kajian Siklus I Siklus II Persentase Peningkatan Dari Siklus I Ke
Siklus II
ΣS 712 897
X 17,80 22,43 26,01%
Kategori Aktif Sangat Aktif
.
Keterangan:
ΣS = Jumlah seluruh Skor Aktivitas belajar siswa
X = Rata-rata Skor Aktivitas Belajar Siswa
2. Hasil Pengolahan Data Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan pengolahan data prestasi belajar siswa, maka hasil analisis
data prestasi belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Rata-rata skor prestasi belajar pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar:
“5,43”, dan“7,55”. Dengan peningkatan rata-rata skor prestasi belajar dari siklus I
ke siklus II sebesar 39,04%.
b. Daya serap dari siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: “54,3%”, dan
75,5%. Dengan persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar “39,04”.
c. Ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar: “32,5%” dan
82,5%. Dengan persentase peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II
sebesar “153,8%”.
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil analisis Data Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I
dan Siklus II
No Komponen
Prestasi Belajar
Silkus I Siklus II Persentase Peningkatan Dari
Siklus I ke Siklus II
1 M 5,43 7,55 39,04%
2 DS 54,3% 75,5% 39,04%
3 KB 32,5% 82,5% 153,8%
30
Keterangan:
M = Rata- rata skor prestasi belajar (Mean)
DS = Daya Serap siswa
KB=Ketuntasan Belajar siswa
4.2 Pembahasan
Dari hasil analisis data pada siklus I, cukup berhasil mengajak siswa untuk
berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
skor aktivitas belajar siswa sebesar “17,80” yang tergolong aktif. Dari hasil
analisis data prestasi belajar siswa di ketahui M = “5,43”, DS = “54,3%”, dan KB
= “32,5%”. Jika dibandingkan dengan pedoman untuk menafsirkan hasil belajar
yang ditetapkan dalam kurikulum 2004 tahun pelajaran 2008/2009. KB siswa
belum memenuhi syarat minimal, (KB minimal 80% ).
Karena hasil tindakan pada siklus I baru mencapai peringkat aktivitas
aktif, maka peneliti bersama guru melakukan refleksi mendiskusikan kendalakendala
yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang
dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan hasil diskusi dapat
disimpulkan bahwa kurang berhasilnya pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus I adalah disebabkan beberapa hal yaitu: (1) guru kurang dapat
mengoptimalkan penggunaan alat peraga, (2) alat peraga yang digunakan belum
lengkap, (3) waktu yang diperlukan untuk mendemonstrasikan alat peraga terlalu
sedikit, (4) dalam menjawab pertanyaan guru maupun dalam menyelesaikan
tugas-tugas didominasi oleh siswa yang pandai, ini disebabkan banyak siswa yang
tidak berani mengungkapkannya, dan (5) beberapa siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru. Dari refleksi terhadap tindakan yang dilakukan
pada siklus I, dilaksanakan penyempurnaan tindakan pada siklus II.
Dari pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1)
Siswa mulai terbiasa menyelesaikan tugas-tugas yang tidak disertai contoh
penyelesaiannya terlebih dahulu oleh guru dan menyelesaikan soal-soal yang
bervariasi, (2) Partisipasi siswa dalam menjawab maupun membahas tugas-tugas
tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, dan (3) Siswa lebih berani
31
mengungkapkan permasalahan atau hal yang kurang dimengerti dalam
pembelajaran.
Dari perbaikan tindakan tersebut, ternyata menunjukkan peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus II peringkat aktivitasnya sebesar
“22,43” yang tergolong sangat aktif, dan M = “7,53”, DS = “75,5%” dan KB =
“82,5%”. Jadi dari pelaksanaan siklus II sudah tercapai ketuntasan belajar yang
dipakai sebagai ukuran ketuntasan belajar yaitu kurikulum 2004 tahun pelajaran
2008/2009 (KB minimal 80%). Jadi, sesuai dengan pendapat Rosyan (1993:5)
menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keaktivan belajar siswa. Dan menurut pendapat Ibrahim, dkk.
(1992:41-43) menekankan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh instrumen
yang meliputi perangkat media (alat peraga). Karena penelitian ini sudah
mencapai peningkatan baik aktivitas belajar maupun prestasi belajar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka penelitian ini dihentikan hanya sampai
siklus II.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Pengunaan Pohon Dikotomi berbasis Group Investigation dalam pembelajaran
keanekaragaman hayati dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi siswa kelas
X-1 SMA N 1 Selat Tahun Pelajaran 2008/2009. Peningkatan ini dapat dilihat
dari skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah “17,80” yang
tergolong aktif, dan meningkat pada siklus II sebesar “22,43” yang tergolong
sangat aktif.
2. Penggunaan Pohon Dikotomi berbasis Group Investigation dapat meningkatkan
prestasi belajar pada pembelajaran keanekaragaman hayati siswa kelas X-1 SMA
N 1 Selat tahun pelajaran 2008/2009. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari daya
serap sebesar “54,3%” pada siklus I menjadi “75,5%”, pada siklus II dengan
peningkatan sebesar “21,22%”, serta ketuntasan belajar (KB) sebesar “32,5%”
pada siklus I menjadi “82,5%”, pada siklus II dengan peningkatan sebesar “50%”.
5.2 Saran
1. Kepada guru biologi, dalam melaksanakan pembelajaran biologi hendaknya
menggunakan alat peraga, sebab dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi
siswa. Serta selalu menanamkan sikap positif terhadap pembelajaran biologi
yang dilaksanakan, sehingga siswa lebih berminat untuk belajar.
2. Bagi pembaca ataupun peneliti yang berminat terutama guru dan calon guru,
dihimbau untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan subyek
penelitian yang lebih banyak. Agar diperoleh hasil yang lebih optimal.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan
dunia pendidikan. Dalam mencari alternatif pelaksanaan proses pembelajaran.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Muhamad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Agung, A.A. Gede. 1998. Pengantar Evaluasi Pembelajaran. Singaraja: STKIP
Singaraja.
Andrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tripologi Belajar Siswa (online).
htt//WWW. Geogle. Com. 12 November 2006.
Depdikbud. 1989. Petunjuk Pelaksanaan Pengolahan Kurikulum Sekolah
Menengah Umum Tingkat Atas. Jakarta: Depdikbud
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonsia No.19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pendidikan Pembelajaran Biologi.
Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bhakti.
Herman, Hudoyo. 1988. Teori Belajar Untuk Pembelajaran Biologi. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Suherman, Herman 1993. Strategi Belajar mengajar Biologi. Jakarta: Depdikbud.
Sujaya, I M. 2005. Penerapan pendekatan kontekstual dengan setting kooperatif
tipe group investigation (GI) sebagai upaya meningkatkan kompetensi dasar
dalam pembelajaran energi dan usaha pada siswa kelas IA2 SMP Negeri 1
Singaraja tahun ajaran 2004/2005. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.
Jahiri, A. Kosasih dan Dasim Budimansyah. 1996. Petunjuk Guru IPS 4 Kelas VI
SD. Jakarta: Depdikbud.
Kemmis, WC. & Taggart. 1998. The Action Research Planner. Greelong Victoria
Geakin University.
Muhadjir, Noeng. 1996. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas Analisis Refleksi.
Yogyakarta: Dikjen Dikti Depdikbud.
Munandar, Utami, 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta : Grasindo
34
Nila Putra, I Gusti Ngurah. 2003. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi
Biologi Dengan Pendekatan Belajar Kooperatif Pada Siswa Kelas IV SD
Tahun Pelajaran 2002/2003. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Poerwardaminta, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Robinson, D.N. Adjai. 1998. Azas-Azas Praktik Mengajar Kriteria Baru Dalam
Program Pengajaran. Terjemahan George Allen dan Unwin. Principles and
Practise of Teaching.1980. Jakarta: Batara
Ruseffendi , E. T. 1994. Materi Pokok Pendidikan Biologi 3. Jakarta: Depdikbud.
Rusyan, A. Tabrani dan E.S. Hamijaya. 1992. Pedoman Pelaksanaan CBSA
dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Dikdasmen.
Rusyan, A. Tabrani . 1993 . Pendidikan Masa Kini dan Mendatang. Jakarta :
Bima Mulia.
Soedarsono. 1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Rencana
Desain dan Inplementasi. Yogyakarta: Ditjen Dikti Dikdasmen.
35

Minggu, 11 Oktober 2009

bangkit


SEABAD TELAH BERLALU BANGKITLAH BANGSAKU, BANGKITLAH NEGERIKU
(I Nengah Suartha, S.Pd)

“Dari sabang sampai merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi
satu, itulah Indonesia.....” Dari penggalan syair lagu ini kita ketahui bersama bahwa Indonesia
merupakan bangsa yang besar, dimana negeri ini terbentang dalam hamparan khatulistiwa yang
didalamnya menyimpan harta melimpah ruah. Akan tetapi dibalik semua itu tersimpan
kerapuhan (keropos) karena tidak mampu menopang kehidupan warganya (miskin). Seratus
tahun yang lalu Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi yang digawangi kaum pemuda
menggebrak/mendobrak bangsa dari keterpurukan. Organisasi ini merupakan inspirasi bagi
bangsa Indonesia akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Sehingga secara perlahan bangsa ini
mampu bersaing dalam kancah dunia. Semangat kebangkitan nasinal yang dilontarkan para
tokoh pada 1908 harus terus ditumbuhkan, apalagi sekarang Indonesia masih kedodoran dalam
semua bidang (ekososbudhankam). Hal ini terbukti dengan banyaknya anak yang menderita
busung lapar dan tidak tersentuh oleh pendidikan.
Setelah satu abad berlalu bangsa ini kembali rapuh (dirongrong, terusik dan dikangkangi)
oleh bangsa lain dibalik menjamurnya kaum intelektual muda. Kenapa.... kenapa ini bisa terjadi?
ini merupakan sebuah dilema yang kelihatannya gampang tapi susah untuk dicerna. Seperti yang
kita ketahui bersama, bangsa ini sedang tertimpa berbagai masalah dari pencemaran lingkungan
hingga kemiskinan seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Satu persatu berusaha
mencari alasan untuk terbebas dari NKRI. Kemana rasa nasionalisme dan idealisme bangsa ini??
Yang dulu pernah kita banggakan dan kita tidak malu mengakui sebagai “Anak Indonesia”.
Sepertinya rasa nasionalisme terhadap bangsa ini telah terkikis dan tergerus hingga pudar bahkan
nyaris sirna. Untuk menumbuh kembangkan sikap nasionalisme memang tidak bisa dilepaskan
dari realitas kehidupan. Artinya, loyalitas nasional seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana
situasi dan kondisi kebangsaannya. Misalnya, sejauh mana negara kita telah memberikan
pengayoman terhadap rakyatnya. Mampukah negara menjamin hak-hak rakyatnya secara adil
sebagai kompensasi pelaksanaan kewajiban yang telah ditunaikannya. Ini boleh dikatakan sikap
nasionalisme akan tumbuh seperti adanya take and give antara negara dan rakyatnya. Apabila
terjadi ketimpangan antara hak dan kewajiban diatas akan mempengaruhi sikap nasionalisme,
bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya sikap empati.
Padahal ada kalimat bijak yang menyatakan “old soldier never dies” yang maksudnya
manusia boleh saja tua dan mati, akan tetapi semangat dan perjuangannya tidak pernah pudar
mengalir melampaui batas hingga akhir waktu. Namun kini kenapa kaum intelektual muda hanya
bisa mengkritik (bahkan cenderung anarkis) dan mengganggu kepentingan umum tanpa
memberikan solusi yang jelas terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Mengkritik sih boleh
saja, akan tetapi kalau begini caranya apalah artinya. Semestinya kita duduk berdampingan
dilandasi dengan pimikiran yang murni bukan bajakan, sehingga tidak menodai semangat
reformasi. Penulis selaku pemuda Indonesia merasa jengah dan miris dengan fakta-fakta yang
ada. Kenapa dibalik kedewasaan pemikiran, kita harus menyelesaikan masalah seperti anak kecil
(apa kata dunia...).
Pada prinsipnya harapan kita adalah ingin Indonesia lebih maju lagi dari sekarang.
Dengan semangat pancasila mari kita berpikir kreatif dan inofatif dalam bentuk
realisasi/tindakan nyata guna membangun bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Dari sini
penulis merasa tergerak untuk menyumbangkan ide yang cukup sederhana, mari kita mulai dari
sekarang memecahkan masalah tanpa masalah dengan prinsip jam (WATCH). 1) Word, kita
sebagai bangsa yang bermartabat dan berbudi pekerti yang luhur harus memegang teguh adat
ketimuran (sopan santun dalam berbicara). Kita harus belajar memecahkan masalah dengan
kepala jernih tanpa mengeluarkan caci maki/sumpah serapah. 2) Action, mari secara bersama
kita membangun bangsa ini dengan berbagai tindakan sesuai kemampuan/keahlian masingmasing.
Hal ini sesuai dengan pasal dimana setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam membela negara. 3) Though, sebagai kaum intelektual muda mari kita berbakti
pada negeri melalui ide/saran/kritik yang bersifat membangun kepada pemerintah. 4)
Communication, sebagai bangsa yang besar kita harus tetap memegang teguh falsafah yang
tertuang dalam sila ke-4. Artinya dalam memecahkan masalah/persoalan harus
dimusyawarahkan/dikomunikasikan untuk mencapai kata mufakat. 5) Heart, bangsa ini terkenal
dengan budi pekertinya yang luhur (saling hormat menghormati). Dari sini dapat kita petik
hikmahnya, dalam menyampaikan ide/saran hendaknyalah kita menjaga perasaan orang lain
(pedas dan bermartabat). Bangkitlah bangsaku, bangkitlah negeriku!!

Penulis merupakan Guru SMA Negeri 1 Selat
Karangasem

Jumat, 10 Juli 2009

Profil SMAN 1 Selat




PROFIL SEKOLAH













1. Nama Sekolah
: SMA Negeri 1 Selat




Kabupaten

: Karangasem




Propinsi

: Bali



2. Kepala Sekolah
:





a. Nama Lengkap
: Drs. I Gede Sujana.




b. Pendidikan Terakhir
: Sarjana ( S.1 )




c. Jurusan

: BP.




d. Pelatihan yang pernah diikuti :















No Tahun Nama Pelatihan Lama Pelatihan



1 1985 Penataran PMP
7 Hari



2 1993 Pelatihan Guru BK
10 Hari



3 1995 Pelatihan BK Pola 17
10 hari



4 1996 Pelatihan BK Pola 17
4 hari



5 1999 Pelatihan Guru BK
10 hari



6 2002 Workshop KBK
4 hari



7 2002 MGMP Sosiologi
4 hari



8 2002 Workshop KBK
4 hari



9 2002 Instruktur BK
14 hari



10 2002 Tranpormation Leader Shep for Education
2 hari



11 2004 Pelatihan Tutor Paket
6 hari



12 2006 Workshop MKKS
2 hari



13 2007 Seminar Serifikasi Guru Pembimbing 1 hari




















































3 Tamatan ( 3 tahun terakhir )







Tahun Tamatan Rata-rata NEM Siswa yang melanjutkan

Pelajaran ke Perguruan Tinggi

Jumlah Target Hasil Target Jumlah Target

2005/2006 246 100%
7,88 7,73 65 80 (32,52%)

2006/2007 224 100%
7,28 7,88 66 85 (37,95 %)

2007/2008 242 100%
7.53 7.32 76 95 (31,40 %)










4 Prestasi yang pernah dicapai oleh Sekolah ( akademik dan non akademik )



A. Tingkat Nasional






NO KEJUARAAN PENYELENGGARA TAHUN KETERANGAN
1 English Grammer Com 1998 Juara Harapan III
petition

2 Lomba Iptek Tertulis LIPI 2006 10 besar










B. Tingkat Propinsi






NO KEJUARAAN PENYELENGGARA TAHUN KETERANGAN
1 Lomba Karya Ilmiah Dep. Lingkungan Hidup 1998 Juara III
Remaja
2 KKI 1999 Juara I
3 KKI 1999 Juara Harapan III
4 Cerdas Cermat Fisika IKIP Negeri Singaraja

2002 Finalis




1. I Gst lang Ariawan
2. I Made Asmawan
5 Lomba Mata Pelajaran Sigma Millenium Kom- 2003 Juara I : an. I Made Sudiadnya
Kimia puter
6 Lomba menulis Sejarah Balai Kajian Sejarah dan 2003 Juara II : an. Ni Made Sudiani
Kebudayaan
7 Seleksi Olimpiade Dirjen Dikdasmen 2003
MIPA di Denpasar
8 Seleksi Olimpiade Dirjen Dikdasmen

2004

MIPA di Denpasar




9 lomba Kekawin FMHDI

2006 Juara II an. Ni Luh Wianjani
berpasangan


Sri Eka harta Hati
10 Lomba Karya Tulis SMAN 3 Denpasar

2007 Juara II an. I Wy Widiantara
Ilmiah




11 Lomba Majalah Bali Media Agency

2007 Juara III Team Jurnalistik
Sekolah




12 Lomba Pidato Bahasa Univ. Warmadewa

2008 Juara II an. I Wy Diatmika
Bali




13 Napak Tilas Pemuda Juang Indonesia

2008 Juara III


Bersatu













C. Tingkat Kabupaten






NO KEJUARAAN PENYELENGGARA TAHUN KETERANGAN
1 Lari 100 dan 200 m Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara I
Putra
2 Lari 5000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara I
3 Lari 3000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara II
4 Silat Putra Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara II
5 Tari Topeng Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara II
6 Tari Panyembrama Porseni Tk. Kabupaten 1997 Juara III
7 Lari 100 dan 200 m Porseni Tk. Kabupaten 1998 Juara I
Putra
8 Jalan Cepat Porseni Tk. Kabupaten 1998 Juara I
9 Silat PD Putra Porseni Tk. Kabupaten 1998 Juara I
10 Jalan Cepat Putra Porseni Tk. Kabupaten 1998 Juara II
11 Lari 100 dan 200 m Porseni Tk. Kabupaten

1998 Juara II
Putra




12 Lari 800 m dan 300 m Porseni Tk. Kabupaten 1998 Juara II
Putri
13 Lempar Lembing Putra Porseni Tk. Kabupaten 1999 Juara I
14 Tenis Meja Putri Porseni Tk. Kabupaten 1999 Juara I
15 Lari 100 m dan 200 m Porseni Tk. Kabupaten 1999 Juara I
Putra
16 Lompat Jangkit Putra Porseni Tk. Kabupaten 1999 Juara II
17 Silat Putra Porseni Tk. Kabupaten 1999 Juara II
18 Lari 100 m dan 300 m Porseni Tk. Kabupaten 2000 Juara I
Putra
19 Lari 5000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2000 Juara I
20 Lempar Cakram Putra Porseni Tk. Kabupaten 2000 Juara I
21 Silat Putri Porseni Tk. Kabupaten 2000 Juara I
22 Silat Ptra Porseni Tk. Kabupaten 2000 Juara I
23 KKI KKI 2001 Juara Umum
24 Napak Tilas Jejak Pah- Panitia HUT Kemerdekaan

2001 Juara I
lawan I Gst. Ngr. Rai RI ke -57



25 Seleksi Olimpiade Dirjen Dikdasmen 2001 Juara I Biologi
MIPA DI Amlapura Juara II Biologi
26 Lomba Membuat Destar Pra PKB

2002 Juara III
27 Napak Tilas Jejak Pah- Panitia HUT Kemerdekaan 2002 Juara I : Regu II
lawan I Gst. Ngr. Rai RI ke - 57 Juara II : Regu I
28 Gerak Jalan Putri Panitia HUT Kemerdekaan 2002 Juara I
29 Gerak Jalan Putra RI ke - 57 2002 Juara II
30 Lomba Pidato Bahasa FMHDI 2002 Juara II
Inggris
31 Lomba menulis Aksara FMHDI 2003 Juara I dan Juara II
Bali
32 Lomba Puja Trisandya FMHDI

2003 Juara I
33 Lomba Busana Adat FMHDI 2003 Juara III
ke Pura
34 Lomba Majalah Dinding FMHDI

2003 Juara III
35 Napak Tilas Jejak Pah- Panitia HUT Kemerdekaan 2003 Juara II
lawan I Gst. Ngr. Rai RI ke - 57
36 Gerak Jalan Putra

2003 Juara I
37 Gerak Jalan Putri 2003 Juara II
38 Seleksi Olimpiade Dirjen Dikdasmen 2003 Juara II Fisika
MIPA DI Amlapura

an. I Gusti Lanang Ariawan




Juara II Matematika




an. Ni Nengah Ayu Suryani
39 Basket Putra Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara II
40 Tolak Peluru Putra Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara II
41 Catur Putri Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara II
42 Lari 800 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara III
43 Lari 3000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara III
44 Lari 10.000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2003 Juara III
45 Tenis Meja Putra Porseni Tk. Kabupaten

2004 Juara I. An: I Kadek Winarta




Juara II. An: I Wy Cenik S.
46 Tolak Peluru Putra Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara II. An : I G L Suardana
47 Lari 5000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara II. An : I Kadek Sudana
48 Pencak Silat Putra Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara II. An : Agus Sudana
49 Lagu POP Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara II. An : Ni Luh Ekawati
50 Lari 1500 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara III. An: I Kadek Sudana
51 Lompat Tinpat Tinggi Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara III. An: Ni Nyoman Rindi
52 Lari 3000 m Putra Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara III. An: A A Nugraha
53 Lari 200 m Putri Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara III. An: N L Pt. Sri Eka H
54 Menulis Aksara Bali Porseni Tk. Kabupaten 2004 Juara III. An: I Made Sukarata
55 Lagu POP Porseni Tk. Kabupaten 2005 Juara III. AN: I Wy Suarmika
56 LCC Kimia IKIP Singaraja 2005 Pinalis
57 Seleksi Olimpiade Dirjen Dikdasmen

2005 Juara II Komputer
MIPA DI Amlapura

an. I Made Sucita A Sandika




Juara II Fisika




an. I Ketut Putra Wirata




Juara II Matematika




an. Ni Wayan Juniari
58 Seleksi Siswa Berpres Dirjen Dikdasmen 2004 Juara III Putri
tasi


an. Ni Wayan Sukrini




Juara III Putra




an. I Ketut Putra Wirata
59 Tenis Meja
Porseni Tk Kabupaten

2005 Juara I




I Kd Winarta
60 Tenis Meja
Porseni Tk Kabupaten

2005 Juara II




an. I Wy Cenik Suparta
61 Meresume Buku Tingkat Kabupaten

2005 Juara I




an. Km Edi Setyawan
62 Membaca Sloka FMHDI

2005 Juara I
63 Cerdas Cermat Agama FMHDI

2005 Juara I
Hindu




64 Menulis Aksara Bali FMHDI

2006 Juara II
65 Tolak peluru Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara I an I Gst Ln Suardana
66 Lompat jangkit Putri Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. Ni Pt Eka Lahari
67 Lompat jangkit Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. I Komang Puja
68 Mewirama Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. I Kd Agus Lastawan




I Kadek Parwata
69 Tenis meja Putra Perorangan Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. I Kd Winarta
70 Silat Putra Kelas E Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. I Wayan Sudana
71 Lomba Kekawin Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. Ni Luh Wianjani
72 Dharma Widya Porseni Kabupaten

2006 Juara I an. I Kt Putra Wirata
73 Menulis Aksara Bali Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. I Pt Agus Ariana
74 Lari 100 M Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. AA Nugraha
75 Lompat Jauh Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. I Komang Puja
76 Silat Putra Kls F Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. I Wayan Rupa
77 Bulu Tangkis Ganda Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. I Kt Suarnawa




I Md Adi Sosiawan
78 Pra Olimpiade Sains nas Porseni Kabupaten

2006 Juara II an I Wy Puja Antara
79 Olimpiade Komputer Porseni Kabupaten

2006 Juara II an. I Wy Puja Antara
80 Lari 1500 M Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. Ni Luh Eka Lahari
81 Lempar cakram Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Wy Sastrawan
82 Lempar Cakram Putri Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. Ni Wy padmini
83 Lari 400 M Putri Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. Ni Luh Mariasih
84 Lari 200 M Putri Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. Ni Wy Sujaniari
85 Lompat Jangkit Putri Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. Ni Nym Kertiasih
86 Lompat jangkit Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Km Putra Gunawan
87 Lari 800 M Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I GN Santika
88 Tenis meja Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Gd Rupawan
89 Bulu Tangkis Ganda Putra Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Wy Jata Juniantara




I Km Arianta
90 Silat Putra Kls G Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I G N Yoga M
91 Silat Putra Kls D Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Kt Sudiantara
92 Silat Putra Kls B Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Dw Pt Darma J
93 Silat Putra Kls I Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Kd Wardana
94 Silat Putra Kls H Porseni Kabupaten

2006 Juara III an. I Md Suciarta A
95 Dharma Wacana FMHDI

2006 Juara III an. I Wy Suardana
96 Jegeg Bagus
FMHDI

2006 Juara III an. Fajar Merta
97 Olimpiade Komputer Porseni Kabupaten

2007 Juara I an. I Gst L Hari Wijaya
98 Olimpiade Astronomi Porseni Kabupaten

2007 Juara I an. I Km Eka Putra Purnama
99 Pemilihan Siswa Berprestasi Porseni Kabupaten

2007 Juara II an. Ni Kd Widiawati
100 Pemilihan Siswa Berprestasi Porseni Kabupaten

2007 Juara III an. I Wayan Widiantar
101 Lompat jangkit Putra Porseni Kabupaten

2007 Juara I an. I G N Yoga Muliada
102 Bulu Tangkis Putri Porseni Kabupaten

2007 Juara I An. Ni Luh Suartini
103 Bulu Tangkis Putri Porseni Kabupaten

2007 Juara II An. Ni Kade Pande Dwika
104 Bulu Tangkis Putra Porseni Kabupaten

2007 Juara II an. Ni Putu Aris Juliantika
105 Bulu Tangkis putra Porseni Kabupaten

2007 Juara II An. Putu A.Primandana
106 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2007 Jura II an. I Kadek Wardana
107 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2007 Jura III an I Wayan Sastrawan
108 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2007 Jura III an. I Wayan Sudama
109 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2007 Jura III an. I Kadek Budiawan
110 Olimpiade Matematika Porseni Kabupaten

2008 Jura III an. Ni Nengah Suastini
111 Olimpiade Kimia Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. Ni Km. Apriliani Cd
112 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Jura I an. I Gede Sudiasa
113 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Juara I an. I Gst.N. Santika
114 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Juara II an. I Wayan Agus Putra
115 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. I Nyoman Suardana
116 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Jura III an. I Wayan Sudama
117 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. Anasuparsa
118 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. I Ketut Sudiantara
119 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2008 Juara I An. Ni Luh Suartini
120 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2008 Juara II an. Dana Sudiatmika
121 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2008 Juara II an. Pande D. Liona
122 Sekar Agung Porseni Kabupaten

2008 Juara I an. Komang Wiliawan
123 Sekar Agung Porseni Kabupaten

2008 Juara I an. I Wayan Putra Winaya
124 Sekar Agung Porseni Kabupaten

2008 Juara II an. Juli Riastini
125 Sekar Agung Porseni Kabupaten

2008 Juara II I G.A. Irahardiani.
126 Tenis Meja
Porseni Kabupaten

2008 Juara IIIan. Agus Mertana
127 Tenis Meja
Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. Agus Sudiarta
128 Lompat Jangki Putra Porseni Kabupaten

2008 Jura III an. Agus Eka Winarta
129 Lempar Lembing Porseni Kabupaten

2008 Juara III an. Sri Antiani
130 Lari 200 M
Porseni Kabupaten

2008 Juara III an Tantri
131 Lomba Gerak Jalan Putri HUT Kemerdekaan ke 63

2008 Juara I

132 Lomba Navak Tilas HUT Kemerdekaan ke 63

2008 Juara III

133 Ons Fisika
Dinas Pendidika Kab

2009 Juara I an I Putu Nova Ariasta
134 Ons Biologi
Dinas Pendidika Kab

2009 Juara II an. I Kadek Hartawan
135 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2009 Juara I An. Ni Wayan Suarti
136 Tenis Meja
Porseni Kabupaten

2009 Juara I an. I Wayan Agus Mertana
137 Melukis
Porseni Kabupaten

2009 Juara I An Diana Putra
138 Melukis
Porseni Kabupaten

2009 Juara I an. Ni Wayan Suci Arianti
139 Mewirama
Porseni Kabupaten

2009 Juara II An. I Komang Wiliawan
140 Mewirama
Porseni Kabupaten

2009 Juara II An. Putra Winaya
141 Lari 1500 M Porseni Kabupaten

2009 Juara II an. Ni Luh Sri Wahyuni
142 Catur
Porseni Kabupaten

2009 Juara II an. I Gede Diksa Astrawan
143 Tenis Meja
Porseni Kabupaten

2009 Juara II An. Ni Wayan dewi Arista
144 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2009 Juara II An. Widiantara
145 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2009 Juara II an. Veri Devannanda
146 Pidarta Bahasa Bali Porseni Kabupaten

2009 Juara III an. Putu Gunawan
147 Pidarta Bahasa Bali Porseni Kabupaten

2009 Juara III an. Juni Julianti
148 Lompat Jauh Porseni Kabupaten

2009 Juara III an. I G.N. Dewa Purna Wijaya
149 Lari 100 M
Porseni Kabupaten

2009 Juara III An. I Wayan Sudiarsana
150 Lari 1500 M Porseni Kabupaten

2009 Juara III An. I Made Sukrada
151 Lompat jangkit Putra Porseni Kabupaten

2009 Juara III An. I G. N. Dwipa Muliadi
152 Catur
Porseni Kabupaten

2009 Juara III an. Ni Kadek Sri Utami
153 Lari 800 M
Porseni Kabupaten

2009 Juara III An. I Made Sukrada
154 Tenis Meja
Porseni Kabupaten

2009 Juara III an. I Wayan Agus Sudiarta
155 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2009 Juara III an Widiantara
156 Bulu Tangkis Porseni Kabupaten

2009 Juara III an Veri Devandanda
157 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2009 Juara III an I Wayan Arimbawa
158 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2009 Juara III an I Gede Sudiarsa
159 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2009 Juara III an I G.N. Susila Adnyana
160 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2009 Juara III an I Gede Angga Agus Pretama
161 Pencak Silat Kelas Porseni Kabupaten

2009 Juara III an I Made Sukadana






























5 Angka mengulang siswa ( 3 tahun terakhir )
















Tahun Pelajaran Kelas X (orang ) Kelas XI (orang ) Kelas III (orang)

2006/2007 - - 4

2007/2008 - - -

2008/2009 - - -










6. Kondisi siswa (3 tahun terakhir)
















Tahun Pelajaran J u m l a h Rasio siswa yang diterima dan pendaftar

2006/2007 256 256 orang : 333orang

2007/2008 249 249 orang : 360orang

2007/2008 226 226orang : 347 orang










7. Kondisi Guru


















Ijasah Tertinggi J u m l a h

G T/PNS GURU BANTU G. KONTRAK GTT

S2 / S3 3 - - -

S1 48 - 2 2

D3 2 - - 1

D2 / D1 / SLTA - - - -

JUMLAH 53 0 2 3